Fenomena Emas Putih vs. Kuning: Mana yang Lebih Untung dan Abadi Nilainya?
Ketika mempertimbangkan perhiasan atau investasi, konsumen seringkali dihadapkan pada pilihan klasik: emas kuning yang tradisional atau emas putih yang modern. Di luar perbedaan visual yang mencolok, kedua jenis emas ini memiliki karakteristik yang berbeda, terutama jika ditinjau dari aspek nilai investasi dan ketahanan jangka panjang. Fenomena Emas ini bukan sekadar tren mode; ia melibatkan pemahaman mendasar tentang komposisi logam dan respons pasar. Untuk memutuskan mana yang “lebih untung” dan “abadi nilainya,” kita perlu membedah kandungan, harga jual kembali, dan perawatan kedua jenis emas populer ini.
Perbedaan utama antara emas putih dan emas kuning terletak pada campurannya. Emas kuning adalah paduan emas murni (yang secara alami berwarna kuning) dengan logam lain seperti tembaga atau perak, yang berfungsi meningkatkan kekerasan dan mempertahankan warna alaminya. Sementara itu, emas putih adalah paduan emas murni dengan logam berwarna putih seperti paladium, nikel, atau perak, yang kemudian dilapisi (plating) tipis dengan rhodium untuk memberikan kilau putih cemerlang yang disukai pasar modern. Lapisan rhodium inilah yang menjadi pembeda penting dalam Fenomena Emas putih.
Dari sudut pandang investasi, emas kuning seringkali dianggap lebih unggul dan abadi nilainya. Alasannya sederhana: harga jual kembali emas perhiasan dihitung berdasarkan kandungan emas murni (karat) dan beratnya, dikurangi biaya pembuatan dan keuntungan toko. Karena emas kuning umumnya tidak memerlukan perawatan pelapisan rhodium ulang, nilai jual kembalinya cenderung lebih stabil dan lebih tinggi, terutama untuk perhiasan dengan kadar emas tinggi (misalnya 22 atau 24 karat). Fenomena Emas kuning juga lebih likuid, mudah diterima di sebagian besar toko emas tradisional tanpa banyak potongan harga.
Sebaliknya, meskipun emas putih sama-sama berharga tinggi, re-plating rhodium yang hilang seiring pemakaian bisa memakan biaya tambahan. Walaupun emas putih populer, harga jual kembalinya dapat terpotong jika lapisan rhodium sudah pudar atau jika kandungan campurannya (misalnya nikel) tidak umum di pasar perhiasan tertentu. Oleh karena itu, bagi investor yang memprioritaskan nilai jual kembali jangka panjang tanpa biaya perawatan, emas kuning adalah pilihan yang lebih aman dan terbukti Fenomena Emas yang abadi. Namun, jika tujuannya adalah perhiasan mode dengan kadar emas yang sama, harga beli awal keduanya tidak jauh berbeda. Dalam kesimpulan yang disampaikan oleh Asosiasi Pedagang Emas pada hari Rabu, 15 November 2025, emas kuning tetap menjadi pilihan utama untuk investasi, sementara emas putih mendominasi pasar perhiasan mode.


