ANTAM BEKASI

Loading

Archives 01/11/2025

Portofolio Kuat di Masa Resesi: 5 Alasan Emas Jadi Aset Paling Dicari Saat Krisis

Ketika ancaman resesi membayangi perekonomian global, aset-aset berisiko tinggi seperti saham dan properti cenderung mengalami tekanan jual yang signifikan. Dalam situasi ini, investor mulai beralih mencari perlindungan, dan emas secara historis selalu menjadi pilihan utama. Membangun Portofolio Kuat yang tahan banting terhadap gejolak ekonomi memerlukan aset yang memiliki korelasi rendah atau bahkan negatif terhadap pasar lainnya. Portofolio Kuat yang seimbang adalah kunci untuk bertahan di tengah krisis, dan emas menyediakan fondasi kestabilan itu. Berikut adalah lima alasan utama mengapa logam mulia ini menjadi aset yang paling dicari saat terjadi krisis atau resesi.

1. Status Safe Haven yang Teruji Waktu

Emas telah diakui sebagai penyimpan nilai sejak ribuan tahun lalu. Saat krisis keuangan melanda, kepercayaan terhadap mata uang fiat dan lembaga keuangan seringkali menurun drastis. Emas, sebagai aset fisik yang tidak memiliki risiko kredit dan tidak dapat dicetak oleh pemerintah, menjadi safe haven universal. Hal ini terbukti selama krisis finansial global 2008-2009; sementara indeks saham utama seperti S&P 500 anjlok lebih dari 30%, harga emas cenderung meningkat karena investor memborongnya sebagai pelarian modal.

2. Lindung Nilai (Hedge) Terhadap Inflasi

Seperti yang diketahui, emas memiliki sifat keterbatasan, berbeda dengan uang kertas. Saat inflasi melonjak (kenaikan harga akibat uang beredar lebih banyak), daya beli mata uang turun, tetapi nilai intrinsik emas tetap tinggi. Kenaikan harga emas sering kali mencerminkan penurunan nilai dolar atau mata uang lainnya, secara efektif menjaga kekayaan investor.

3. Likuiditas Tinggi dan Diterima Global

Emas adalah aset yang sangat likuid; mudah diubah kembali menjadi uang tunai di hampir setiap negara di dunia. Ini penting saat krisis, di mana kemampuan untuk mengakses dana dengan cepat menjadi prioritas. Emas, baik dalam bentuk batangan maupun koin, memiliki harga standar internasional.

4. Diversifikasi yang Efektif untuk Portofolio Kuat

Kinerja harga emas umumnya tidak berkorelasi dengan saham, obligasi korporasi, atau real estat. Menambahkan emas ke dalam Portofolio Kuat secara signifikan akan mengurangi volatilitas keseluruhan portofolio tanpa mengorbankan potensi keuntungan jangka panjang. Strategi ini direkomendasikan oleh banyak analis investasi, termasuk oleh Bank Sentral Federal Reserve pada 21 November 2024, di mana mereka menyarankan aset non-tradisional sebagai penyeimbang risiko pasar.

5. Permintaan yang Stabil dari Bank Sentral

Permintaan emas tidak hanya didorong oleh investor ritel, tetapi juga oleh bank-bank sentral dunia yang memegang emas sebagai bagian dari cadangan devisa mereka. Pembelian emas oleh bank sentral, seperti yang tercatat oleh Bank Indonesia pada kuartal II tahun 2025 dengan penambahan cadangan emas sebesar 15 ton, memberikan dasar permintaan yang stabil dan kuat. Tindakan ini memberikan sinyal kepercayaan global terhadap emas sebagai aset yang harus dimiliki saat ketidakpastian ekonomi meningkat.